Halaman

Senin, 12 September 2011

BRIGADE SIAGA BENCANA DAN DETEKSI DINI PENANGANAN GAWAT DARURAT

Oleh: Triyo Rachmadi, S.Kep.

Pendahuluan

Bencana dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, baik yang berskala besar maupun berskala kecil, yang dapat diakibatkan oleh alam maupun manusia yang dapat terjadi ecara cepat maupun perlahan yang akan mengakibatkan kerugian korban jiwa mati maupun cacat serta kerugian material lain, seperti rusaknya sarana prasarana serta fasilitas umum. Dimana semua itu membutuhkan penanganan lapangan yang cepat, tepat serta akurat. Untuk itu perlu diwaspadai dan diantisipasi terkait langsung, masyarakat serta organsasi sosial agar penanganan dapat dilakukan secara efektif menyeluruh.

Salah satu komponen yang diharapkan dapat menjadi ujung tombak dalam penanganan bencana di lapangan adalah barisan yang tergabung dalam Brigade Siaga Bencana (BSB). Yang diharapkan dapat memberikan unsur pelayanan kesehatan pra rumah sakit maupun unsur pelayanan rumah sakit secara cepat yang bertujuan mengurangi angka kematian dan angka kecacatan korban bencana.

Brigade Siaga Bencana adalah tim multi dispilin yang berfungsi untuk mencegah gawat darurat dab bencana meliputi kesiagaan masyarakat, pencegahan dan mitigasi atau penjinakan kejadian gawat darurat dan bencana, serta berfungsi pula untuk reaksi cepat penanganannya di bidang kesehatan. Latar belakang dari dibentuknya BSB antara lain adalah kenyataaan bahwa selama ini aktivitas penanggulangan bencana oleh Departemen Kesehatan dilakukan oleh unit kerja yang sudah ada sebagai salah satu dari sekian banyak tugas yang lain, sehhingga tidak tertangani secara optimal. BSB diharapkan dapat melakukan tugas khususnya di bidang penanggulangan bencana, dan dapat mendukung pelaksanaan gawat darirat sehari-hari.

Brigade Siaga Bencana merupakan aplikasi dari program Safe Community yaitu keadaan aman dan sehat yang tercipata oleh peran aktif masyarakat termasuk swasta, profesi dan pemerintah yang bersinergi dalam penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana. Hkekat Safe Community adalah upaya oleh masyarakat, dari masyarakat, dan untuk masyarakat didorong oleh pemerintah sebagai fasilitator menuju terciptanya kondisi sehat dan aman.

Masalah Pokok dalam penanganan gawat darurat bencana:

1. Keterlibatan masyarakat dengan musibah massal lebih besar dari pada petugas kesehatan dan pengertian masyarakat untuk menangani musibah massal belum sepaham dengan petugas kesehatan

2. Kegawatdaruratan dan bencana masih dianggap sebagai urusan polisi, transportasi, keselamatan kerja

3. Penanggulangan gawat darurat dan bencana masih terkotak-kkotak pada tanggung jawab sektor masing-masing

4. Belum mantapnya sistem penanggulangan gawat darurat dan bencana

5. Bakomas PBP. Satkorlak PBP dan Satlak PBP belum di dukung kekuatan intra sektoral terkait, termasuk sektor kesehtan

6. Lemahnya jaringan kerja sama dalam penanggulangan gawat darurat dan bencana dan belum mantapnya pembiayaan yang berkaitan dengan lemahnya rujukan masalah penanggulangan dan keterlambatan penanganannya

7. Belum memadainya kualitas dan kuantitas SDM gawat darurat bencana

8. Kurang memadainya teknologi khususnya informasi, komunikasi, transportasi, dan teknologi kesehatan dan medik gawat darurat serta bencana.

9. Perkembangan IPTEK global, serta fase transisi desentralisasi, demokratisasi serta lingkungan hidup dan situasi gerafis Indonesia, semakin meningkatkan resiko terjadinya gawat darurat dan bencana

Tujuan

1. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan SPGDT melalui pendidikan dan pelatihan (pemberdayaan masyarakat)

2. Dihasilkan komitmen kesepakatan dalam bentuk koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait untuk mendorong penanggulangan gawat darurat dan bencana melalui peran BSB dan sosialisasi BSByang harus dilaksanakan secara serempak dan bertanggung jawab oleh segenap lapisan

3. sebagai upaya menyamakanpola pikir dan pola tindak penaggulangan kegawatdaruratan dalam satu wadah pelatihan khusus mengenal BSB

Pengertian

1. Pengertian dari Brigade Siaga Bencana (BSB) seperti yang tertuang diatas yakni merupakan tim multi disiplin yang berfungsi untuk pencegahan gawat darurat dan bencana. BSB merupakan alat bantu serta inovasi untuk penanggulangan gawat darurat dan bencana secara holistik dan tersistem dengan melibatkan lintas didiplin dan lintas sektor terkait di bawah koordinasi pejabat yang berwenang

2. BSB terdiri dari BSB tingkat pusat yang berkedudukan di jakarta, BSB daerah (BSB tingkat regional, BSB tingkat propinsi, dan BSB tingkat kabupaten/ kota).

3. Tugas BSB :

a. Menangani penderita/ korban akibat kejadian bencana dengan cecepat, tepat, cermat

b. Membantu mengatasi dan memulihkan dampak bencana

c. Membantu kesiapan masyarakat dalam melakukan penyiapan dan mitigasi bencana

d. Menciptakan kondisi yang mendukung agar masyarakat mau memanfaatkan tim BSB secara efisien dan efektif

Organisasi :

MENKES

Bakornas










Dinkes BSB

Satkorlak PBP




PKM

PKM

Keanggotaan

Keanggotaan BSB daerah Meliputi unsur manjemen, teknis media dan unsur non medis.

a. Tenaga manajemen terdiri dari unsur yang bekerja di bawah Dinas Kesehatan dan Rusetempat (pemerintah & Swasta) yang terkait dengan penangan bencana.

b. Tenaga Teknis medis adalah perangkat tenaga medis ramah sakit, dokter Puskesmas

c. Tenaga non medis adalah unsur awam umum dan awam khusus, organisasi profesi lain, dan organisasi sosial lainnya terlibat

Kedudukan, Tugas, dan funsi BSB Daerah

1. Dalam Keadan sehari-hari/ tidak terjadi bencana :

Tujuan yang tergabung dalam BSB berada di dalam unit kerjanya masing

2. Dalam Keadaan bencana :

Semua anggota BSB di bawah Kepala Dinas Kesehatan setempat dengan koordinasi Satkorlak/ satlak PBP, bertugas sebagai Reaksi Cepat dalam penanganan korban bencana (Rapid Response) serta melaksanakan penilaian kebutuhan yang berhubungan dengan penaggulangan masalah kesehatan akibat bencana (Rapid Health Asesment)

3. Pasca Bencana

BSB melaksanakan survailans epidemiologi untuk pengendalian penyakit menular, higien, dan sanitasi lingkungan serta membantu rehabilitasi stress paska trauma

Komponen Utama BSB Daerah

1. Komponen pra rumah sakit

Komponen intra rumah sakit

Komponen antar rumah sakit

2. Komponen penunjang

Ø Komponen komunikasi

Ø Komponen transportasi

Ø Komponen Pendanaan

3. Komponen sumber daya manusia

Ø Tenaga kesehatan : perawat mahir, dokter, dokter spesialis

Ø Tenaga non kesehatan : awam umum, awam khusus

4. Koordinasi antara tim kesehatan dan non kesehatan dalam bentuk kerja sama Lintas Sektor

Sumber Daya manusia
















Awam Umum Awam Khusus


Petugas Ambulance


Dokter Perawat












Pasien Puskesmas RS klas C RS klas B/A

Ambulance























Pra Rumah Sakit Intra RS Intra RS




Komponen –komponen tersebut harus dapat berinteraksi secara efektif dan efisien untuk menjamin berhasilnya pelayanan gawat darurat yang bermutu. Peningkatan mutu hanya dapat dicapai apabila dilakukan perbaikan pada semua komponen tanpa kecuali. Pada kenyataannya saau ini komponen pra rumah sakit adalah satu komponen yanng masih lemah.

Maka dari itu untuk menjamin profesionalitas kemampuan pendukung komponen Brigade Siaga Bencana perlu diselenggrakan pelatihan khusus mengenai penanganan kegawatdaruratan sehari-hari maupun bencana baik untuk tenaga kesehatan maupun non kesehatan. Adapun jenis pelatihan penanganan kegawatdaruratan :

JENIS SDM

KEMAMPUAN YANG HARUS DIMILIKI

Awam Umum

PPGD awam umum

Awam Khusus

Ø Polisi

Ø Pemadam Kebakaran

Ø Pramuka

Ø PMI

Ø Hansip

Ø Driver Ambulance 118

Ø Organisasi profesi lain

PPGD awam khusus

Perawat Mahir

PPGD perawat, BLS, AlS

Dokter Umum

PPGD dokter, ATLS, ACLS

Dokter Specialis

Diagnosa dan terapi alternatif

Sistem Transportasi

Transportasi dilaksanakan dengna sistem ambulance

Pasien yang di evakuasi di rujuk

Sistem rujukan :










Dokter Pengirim


Dokter Penerima







Ambulance + Kru


1. Melakukan konsultasi rencana rujukan dan penjelasan kasus yang akan dirujuk

2. Menentukan tujuan rujukan sesuai kegawatan kasus/ fasilitas rujukan

3. Melakukan stabilisasi sesuai kemampuan & fasilitas yang dimiliki

4. Mengirimkan pasien dengan memilih alat transportasi, kru kelengkapan obat yang diperlukan dalam perjalanan

1. Melakukan monitoring pencatatan keadaan pasien terutama tentang keadaan jalan nafas dan ventilasi, sirkulasi serta kesadaran

2. Melakukan pertolongan pertama/ resusitasi keadaan pasien yang memburuk, misalnya terjadi henti nafas dan henti jantung

3. Melakukan komunikasi dengan tujuan rujukan tentang keadaan pasien dan keadaan perjalanan evakuasi

1. Menyiapkan alat, SDM yang dibutuhkan sesuai kegawatan kasus yang akan diterima

2. Melakukan komunikasi dengan kru, ambulans dan rumah sakit pengirim untuk data-data pasien/ kelengkapan yang diperlukan

II

Sistem Komunikasi

Sistem komunikasi yang andal merupakan syarat utama keberhasilan BSB. Di samping sistem telepon yang ada, sistem komunikasi radio medik merupakan tulang punggung komunikasi. Garis besar komunikasi medik adalah sebagai bagan di bawah ini :




Lingakran I : Pusat rumah sakit rujukan wilayah, terpi rumah sakit propinsi

Lingkaran II : Pusat rumah sakit propuinsi, tepi rumah sakit kabupaten

Lingkaran III : Pusat Rumah sakit Kabupaten, tepi Puskesmas

Lingkaran IV : Pusat Puskesmas

Alur Tata Kerja Grigade Siaga Bencana






Oval: TKP




KOMPONEN PRA – RS

(Awam Umum, Awam Khusus ( Puskesmas )

Fase Hiperakut Pembekalan

Kegawatdaruratan














KOMPONEN INTRA- RS

(RS Daerah)






Fase Akut (> 3-24 jam) Pembekalan Petugas

BLS dan ALS









KOMPONEN INTRA-RS

(RS Rujukan)



Tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan sosial, dan unsur lintas sektor terkait


Fase

Pasca Gawat darurat

Kesimpulan :




Petugas kesehatan yang dekat dengan masyarakat (termasuk pengelola PKD) secara langsung sebagai penggerak di tingkat desa dengan mengkoordinasikan dengan perangkat desa, Puskesmas Pembantu, Puskesmas. Oleh karena itu secara langsung maupun tidak langsung mempersiapkan dan menkoordinasikan sarana prasarana, dan sumber daya, serta mempersiapkan pengetahuan masyarakat untuk menghadapi bencana ataupun musibah, dengan mempersiapkan masyarakat awam khusus dan menggerakan masyarakat awam umum, bekerja sama dengan Puskesmas, desa, dan kecamatan, baik berbentuk pelatihan maupun penyuluhan.

Tugas Individu.

Identifikasi bencana dan musibah yang sering terjadi ditempat saudara bekerja sesuai dengan format yang tersedia.

Format identifikasi bencana dan musibah masal.

Nomor

Jenis bencana dan musibah masal

Peralatan yang harus di persiapkan

Tenaga yang terlibat

Peran tugas masing-masing






MATERI

DETEKSI DINI PENANGANAN GAWAT DARURAT

Penanganan gawat darurat pada pertolongan pertama merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip penanganan pada saat terjadinya kecelakaan atau dalam kasus penyakit yang mendadak dengan menggunakan fasilitas-fasilitas atau benda-benda yang tersedia pada saat itu. Merupakan metode penanganan yang telah diuji sampai korban dipindahkan ke Rumah Sakit atau lokasi dimana ketrampilan dan peralatan yang layak tersedia.

Pertolongan pertama diberikan untuk :

  • Mempertahankan hidup
  • Mencegah kondisi menjadi lebih buruk
  • Meningkatkan pemulihan

Orang yang memberikan pertolongan pertama harus :

> Mengkaji situasi

> Menentukan diagnosis untuk setiap korban

> Memberikan penanganan yang cepat dan adekuat, mengingat bahwa si korban mungkin memiliki lebih dari satu cidera dan beberapa korban akan membutuhkan perhatian yang lebih penting daripada yang lain. Tidak menunda pengiriman korban ke Rumah Sakit sehubungan dengan kondisi yang serius.

Tindakan awal

1. Tetap tenang dan menguasai. Tumbuhkan rasa percaya pada korban dengan cara berbicara, mendengarkan dan menenangkan

2. Periksa :

* Keamanan korban dan diri sendiri

* Pernafasan

* Perdarahan

* Kesadaran

3. Meminta orang lain untuk membantu. Katan pada mereka apa yang harus dilakukan, bilamana perlu kirimkan ambulans, polisi, pemadam kebakaran atan bantuan medis lain.

Diagnosa

Riwayat kejadian dan pemeriksaan harus dilakukan untuk menentukan tanda-tanda, gejala gejala dan tingkat kesadaran dari tiap tiap korban.

Penanganan

¤ Mempertahankan hidup.

¤ Bersihkan jalan napas dan berikan resusitasi darurat bilamana perlu

¤ Kurangi rasa nyeri bila mungkin

¤ Atasi secara perlahan dan hati hati setiap saat

¤ Ubah posisi seminimal mungkin

¤ Lindungi terhadap temperatur yang berlebihan

¤ Korban harus dibawa ke suatu tempat yang tepat, ke rumah sendiri atau rumah sakit bilamana perlu, bila dibawa ke Rumah sakit atau untuk tujuan pembedahan, korban harus disertai sebuah catatan tertulis yang ringkas, tanpa singkatan-singkatan, menguraikan dengan jelas penanganan yang telah diberikan termasuk pengobatan.

Prosedur-prosedur umum Pada Penanganan Kegawatan

Lima prosedur umum yang memberikan keseluruhan kerangka kerja penanganan kegawatan.

1. Periksa situasi

2. Tentukan sifat dan kedalaman cedera, penyakit atau masalah-masalah

3. Berikan pertolongan pertama yang tepat

4. Berikan otoritas dan atur pemindahan

5. Lengkapi tindakan lanjutan (Follow up)

Untuk kegawatan mayor, urutan lima prosedur ini bisa mengalami perubahan tergantung situasinya. Sebagai contoh pengaturan otoritas dan pemindahan korban bisa dilakukan sebelum prosedur pertlongan pertama selesai.

Mengkaji Situasi

Ø Informasi yang harus dikumpulkan dan diintepretasikan oleh penolong pertama. Jumlah waktu yang digunakannya akan bergantung pada jawaban :

Ø Bagaimana jelasnya masalah-masalah sekarang ?

Ø Bagaimanakah masalah-masalah sekarang mengancam nyawa ?

Ø Berapa banyak yang telah diketahui tentang si korban atau pasien ?

Ø Bagaimanakah bahaya-bahaya lingkungan mengancam nyawa ?

Observasi

Bilamana tiba dilokasi kejadian kecelakaan atau penyakit mendadak, lingkungan harus segera dikaji. Ini dapat diperoleh dalam beberapa saat bila penyebab utama terlihat. Hal ini penting bila korban tidak sadar dan sendirian. Kegawatan bisa melibatkan lebih dari satu orang, misalnya akibat kecelakaan mobil atau wabah keracunan makanan.

Observasi, berdasarkan penyebab, akan membantu penolong pertama untuk mengkategorikan macam kegawatan. Jatuh dan menabrak akan paling memungkinkan mengarah pada cedera muskuloskeletal, cedera kepala dan perdarahan internal. Syok elektrik, tenggelam atau keracunan gas akan berarti kegawatan pernafasan. Kebakaran akan berfokus pada luka bakar dan asfiksia. Dengan observasi cepat, si penolong pertama dapat segera mempersiapkan tindkaan yang tepat.

Riwayat Kejadian

Tidak semua cidera atau penyakit, dapat diobservasikan dengan mudah. Pertanyaan pada pasien, orang yang menyertainya atau orang yang melihat kejadian terkadang diperlukan. Jika pasien sadar, riwayat dapat diketahui dengan pertanyaan langsung. Apa yang telah terjadi ?. jika pasien tidak sadar atau tidak ada jawaban atas pertanyaan, riwayat dapat diketahui dari seseorang yang melihat kejadian tersebut. Hal ini seringkali diperlukan, untuk meyakinkan fakta-fakta yang ada.

Riwayat Pasien

Pertolongan pertama harus mengajukan pertanyaan langsung seperti. Bagaimana perasaan anda ? dan jangan bertanya seperti anda rasa anda mulai pusing ? Data dasar termasuk obat-obat yang telah diterima dan siapa yang dapat dihubungi sebaiknya dikumpulkan segera.

Bila pengkajian dilakukan dengan cepat pada suatu kasus maka akan menolong menentukan prioritas dan mencegah komplikasi yang utama. Begitu juga, jika ada beberapa korban maka akan membantu kita untuk menentukan prioritas.

Menentukan Sifat dan Kedalaman Kegawatan

Dalam menentukan sifat dan kedalaman dari suatu kegawatan, sifat berarti tipe seperti jantung, paru-paru atau trauma. kadang kadang hal ini tumpang tindih, contoh trauma , cendeurng masuk ke dalam kegawatan jantung paru-paru.

Kegawatan dalam konteks ini harus dilihat sebagai perkiraan risiko kehidupan atau tahapan perlukaan ringan sampai berat. Keseleo seperti contoh bisa berat tapi tidak membunuh. Hubungannya tiap-tiap tipe cidera dan kegawatan juga dibahas dalam bab ini.

Pemeriksaan Pasien

Untuk menentukan sifat dan kedalaman dari cidera atau penyakit, pengkajian terhadap pasien harus dilakukan secara sistematis.

Memeriksa tanda-tanda vital.

* Periksa kembali pernafasan (dengarkan dan observasi naik turunnya kaki dan bibir)

* Sirkulasi (ada tidaknya denyut pada arteri karotis)

* Pupil (dilatasi dan tidak ada reaksi pada cahaya jika sirkulasi tidak efektif)

Tanda tanda ini akan memberikan informasi yang penting ada pertolongan pertama dan menadai apakah dapat henti jantung, paru-paru atau keduanya. Kedua hal tersebut merupakan ancaman terhadap kehidupan maka harus menjadi prioritas utama.

Memeriksa perdarahan yang hebat.

Perdarahan akan tampak jelas bila terjadi dari luka luar atau permukaan tubuh bisa menjadi tidak jelas bila terjadi pada bagian dalam tubuh. Kemungkinan untuk perdarahan internal yang serius harus juga diperhatikan bila tanda-tanda dan gejala syok berat terjadi setelah trauma. Kehilangan darah yang banyak terdapat menyebabkan syok yang dapat mengancam kehidupan sehingga membutuhkan prioritas dan penanganan dengan segera.

Memeriksa Syok.

Syok adalah suatu kondisi yang menekan sistem sirkulasi. Hal ini mengakibatkan suplai darah tidak cukup pada otak dan membutuhkan tindakan segera. Tindakan pertama dalam pengobatan syok perdarahan adalah yaitu mengganti atau menambah volume sirkulasi.

Memeriksa bagian-bagian tubuh.

Memeriksa tubuh harus dilakukan sebagai berikut dari :

> Kepala

> Leher

> Spinal

> Batang tubuh dada-obdomen

> Tungkai kaki, dan jari-jari

> Lengan tangan dan jari tangan

> Organ genital eksternal

Amati.

Kerusakan internal pada organ yang ditunjukkan dengan adanya pembengkakan dan perubahan warna kulit (contoh kerusakan limpa)

¤ Luka bakar

¤ Luka-luka

¤ Fraktur

¤ Dislokasi

¤ Peregangan

¤ Ketegangan mental

Memeriksa penyakit yang timbul mendadak dan kondisi nontraumatik

Kondisi kegawatan tentu dapat timbul dan banyak penyebab salah satunya trauma. Dalam kegawatan yang tidak berhubungan adanya trauma, penolong pertama mengkaji tipe penyakit dan masalah traumatik pasien. Bila masalah-masalah khusus tidak ada, penolong pertama harus dilakukan pengkajian dengan melihat sistem tubuh, buat catatan untuk keluhan pasien melipti normal dan anormal.

Sistem tersebut meliputi :

  • Jangtung paru/Cardiopulmonar
  • Pembuluh darah
  • Urinaria
  • Endokrin
  • Digestif dan ekskretori
  • Reproduksi
  • Muskuloskeletal
  • Kulit.

Jika penyebabnya merupakan ketidaksadaran sumber seperti saku atau tas tangan dapat memberikan kemungkinan petunjuk. Setiap orang yang pernah mendapat pertolongan di rumah sakit mungkin membawa kartu pasien. Diabetes, epilepsi dan pasien yang mendapat steroid mungkin mempunyai informasi berupa kartu atau menggunakan tanda alternatif lain gelang peringatan medis atau kalung.

Tanda-tanda dan gejala gejala yang penting.

Gejala merupakan suatu penyimpangan dari fungsi normal pada pasien yang menunjukkan penyakit, sakit atau cidera, nyeri, pusing, rasa kebal dan mual contohnya. Tanda merupakan suatu perubahan dalam fungsi normal yang dapat diobservasi dan diukur, seperti warna kulit, denyut nadi dan pernafasan. Dengan penjelasan tanda dan gejala tersebut, diharapkan dapat membantu pertolongan pertama menentukan tipe dan beratnya kegawatan. Intepretasi khusus didiskusikan pada bab berikutnya.

Tingkat kesadaran.

Tingkat kesadaran meliputi :

> Alert : dapat berkomunikasi dan berespon terhadap pasangan lain\

> Letargi : sadar, tapi respon lambat/dibingungkan tentang kejadian dan sekitarnya

> Drowsines : mengantuk, tidak dapat berkonsentrasi

> Semiconscious : kesulitan berkomunikasi dan menjawab pertanyaan/reaksi rangsangan sangat kecil

> unconscious : tidak ada respon terhadap rangsangan/gerakan tidak terkontrol

Warna kulit.

Pucat atau sianosis (periksa bibir, telapak tangan, telapak kaki dan kelopak mata pada kulit hitam)

Pernafasan.

Periksa kecepatan irama, kedalaman, kemudahan dan bunyi

Denyut nadi

Cek irama, kecepatan dan ukur volume.



Text Box: Tingkat Respon 9. Alert, rasional dan orientasi penuh. 8. Berespon otomatis (terlihat bangun alert, tetapi memberikan informasi yang tidak benar,      contoh : nama, alamat). Seringkali terlihat segera setelah periode pendek kehilangan      kesadaran.) 7. Drowsines (mengantuk) menjawab seluruh pertanyaan , kerusakans edang dari orientasi 6. Menjawab pertanyaan pertanyaan sederhana tetapi bingung dan iritabel, menuruti         sebagian besar perintah-perintah 5. menjawb hanya Ya atau Tidak. Disorientasi, lelah dan bingung. Menuruti hanya perintah      yang paling sederhana 4. Tidak patuh terhadap berbagai perintah-perintah tetapi berespon terhadap nyeri yang       dirasakan 3. Tidak patuh terhadap berbagai perintah-perintah tetapi berespon terhadap nyeri tanpa      tujuan 2. Tidak ada respon 1. Tidak ada respon, tidak ada refleks batuk dan membutuhkan pernafasan buatan  Ukuran Pupil    Reaksi Pupil L   =  Large    B   =   Brisk  M  =  Medium    S1  =  Lambat S   =  Kecil     F    = Tidak beraksi


Pupil.

Sirkulasi darah iris mata adalah sensitif terhadap perubahan tekanan darah dan cedera otak, menyebabkan tekanan pada pembuluh darah. Bila diberikan cahaya, pupil yang normal akan berkonstruksi. Jika pupil membesar (dilatasi), bila diberi cahaya, ini biasanya menunjukkan ketidakcukupan suplai darah. Normalnya respon pupil dalam keadaan yang sama, ini menunjukkan kerusakan otak atau tekanan abnormal. Kemungkinan penyebab adalah cedera seperti geger otak dan fraktur tengkorak kepala atau Cerebro Vascullar Accident (CVA).

Suatu kelebihan dosis obat-obatan tertentu juga dapat mempengaruhi pupil. Narkotik seperti heroin menyebabkan konstriksi pintpoint. Lainnya menyebabkan dilatasi pupil yang berarti adanya penekanan pada fungsi sirkulasi.

Pada pemakaian kacamata atau kontak lens harus diperhatikan sewaktu memeriksa mata korban.

Nyeri.

Penentuan nyeri memerlukan pasien yang sadar melalui pertanyaan yang sistematis dan observasi dari penolong pertama sebagai contoh :

* TANYA : Dimana yang sakit ?

* OBSERVASI : semua tubuh

§ Struktur anatomi spesifik

§ Area yang tampak sakit

* TANYA : Bagaimana rasa nyerinya ?

* OBSERVASI : Nyeri rusuk, nyeri dangkal, nyeri radiasi, nyeri hebat

* TANYA : Kapan timbul ?

* OBSERVASI : Setiap saat, kadang-kadang, bila disentuh, bila bergerak

* TANYA : Berapa Lama ?

* OBSERVASI : Sejak cidera

§ Hari/jam/menit

§ Muncul tiba-tiba

§ Muncul bertahap

Respon nyeri bervariasi untuk tiap individu, karena perbedaan ambang rangsang jika pasien takut atau histeris maka nyeri sangat dirasakan sakit. Beberapa contoh seperti syok, depresi penggunaan obat atau alkohol yang berlebihan, nyeri dapat tertutupi. Tidak adanya nyeri bukan mengidentifikasikan keadaan yang berat. Cidera yang melibatkan kerusakan saraf dalam mengganggu/sensai terhadap nyeri.

Kemampuan bergerak

> Pergerakan normal tubuh tergantung pada fungsi normal

> Paralisis harus diperhatikan sebagai indikasi kerusakan saraf, korda spinalis atau otak. Pergerakan sebagaian atau pergeraklan nyeri dapat mengidentifikasikan cedera pada sistem muskuloskeletal. Perhatian yang berlebihan harus diberikan bila mengkaji pasien terhadap kemampuan gerakan-gerakan bagian tubuh. Jika ada fraktur atau cidera pada korda spinalis, gerakan dapat menyebabkan kerusakan yang serius dan berat bahkan dapat mengakibatkan quadripelgia.

> Pasien harus tidak dianjurkan untuk melakukan gerakan kecuali penolong pertama yakin bahwa gerakan tersebut tidak akan menyebabkan cidera yang lebih parah.

> Prosedur spesifik sehubungan dengan pergerakan didiskusikan pada bab bab selanjutnya.

Kebas.

Mati rasa akan menghasilkan kebas pada beberapa bagian tubuh. Korban mungkin mempunyai kesulitan dalam rasakan sentuhan atau nyeri. Hal ini mungkin disebabkan oleh gangguan saraf atau suplai darah.

Bengkak

Pengumpulan darah limfa atau cairan tubuh lainnya bisa menimbulkan pembengkakan pada jaringan tubuh. Hal ini biasanya sering terjadi pada jaringan yang berada pada permukaan tubuh. Pembengkakan akibat dari cidera infeksi, reaksi alergi dan gangguan dari sirkulasi darah.

Deformitas.

Cidera pada bagian tubuh dapat menghasilkan suatu posisi atau penampilan abnormal. Dislokasi sendi dan kadang kadang fraktur juga menghasilkan deformitas. Deformitas sering dapat ditentukan dengan membandingkan bagian yang terluka dengan bagian yang tidak terluka.

Perdarahan dari orificium.

Darah, mukosa atau cairan lain dari orificum tanpa cidera sering kali menunjukkan adanya cidera dalam pada organ atau struktur. Cacat warna, konsistensi dan jumlah cairan.

Mual/muntah.

Mual muntah atau keduanya dapat menunjukkan secara langsung gangguan saluran pencernaan atau oleh karena racun atau infeksi. Hal tersebut dapat dikarenakan reaksi tubuh terhadap stres, trauma atau penyakit , catat jumlah warna, dan konsistensi muntah.

Kejang.

Peningkatan suhu berlebihan, epilepsi, kerusakan otak dan bahan-bahan beracun dapat menyebabkan kejang. Pertolongan pertama harus mencegah pasien melukai dirinya sendiri. Intensitas dan lamanya kejang harus dicatat. Tanda dan gejala yang terdapat dapat digunakan penolong pertama untuk menentukan tipe kegawatan yang harus mereka atasi.

Deteksi tergantung pada observasi, pendengaran dan palpasi, interpretasi serta tanda dan gejala khusus dibicarakan pada bab selanjutnya.

Pemberian Tindakan Yang Tepat

Seleksi terhadap prosedur pertolongan pertama tergantung pada interpretasi data. Pengkajian pasien dimulai dengan mengevaluasi tanda-tanda vital dan proses dari yang sangat serius sampai yang kurang serius, sehingga sistem prioritas yang sama dapat dilakukan pada pemberian pertolongan pertama. Penanganan kegawatan yang mengancam kehidupan harus segera dilakukan lebih dulu daripada kondisi-kondisi yang kurang serius. Segera setelah kondisi serius dilakukan perawatan, maka pertolongan pertama dapat beralih ke kondisi kurang serisu.

Cardiopulmonary aresst dan perdarahan hebat, merupakan prioritas utama, waktu merupakan suatu faktor krisis di sini. Keracunan dan syok kuat berat yang merupakan prioritas tertinggi.

Prioritas selanjutnya adalah kegawatan yang membtuhkan tindakan medis segera jika kehidupan/nyawa masih dapat dipertahankan. Hal ini termasuk koma, serangan jantung, CVA, luka bakar berat, stroke, dan kegawatan bedah seperti kerusakan limpa dan perdarahan internal lainnya, kesulitan atau komplikasi dalam persalinan juga dipertimbangkan sebagai prioritas kegawatan tertinggi.

Bila cidera atau kondisi medis yang mengancam jiwa sudah diatasi, pengkajian dilanjutkan dengan sistematis.

Memberikan Otoritas dan Mengatur Pemindahan

Dari definisi, pertolongan pertama hanya merupakan penanganan yang bersifat sementara dan segera. Semua kegawatan harus dirujuk ke rumah sakit atau praktek dokter. Hal ini harus dilakukan tidak hanya secara fisik untuk kenyamanan pasien tapi secara legal juga untuk keamanan penolong pertama.

Kapan Memberitahukan.

Penolong pertama, sewaktu memulai pertolongannya harus menginstruksikan orang yang ada di sekitarnya untuk meminta bantuan dan mengatur pemindahan ke rumah sakit. Jika penolong pertama sendirian perlu untuk memberikan pertolongan pertama yang vital bagi kehidupan dan kemudian mengirimnya ke Rumah sakit.

Jika nyawa pasien tidak berbahaya, semua tindakan pertolongan pertama dapat diberikan sebelum melakukan rujukan. Dalam beberapa kasus (sebagai contoh : keracuanan) pengiriman ke rumah sakit harus dilakukan.

Siapa Yang Memberitahu.

Kegawatan yang umum dan tersedianya pelayanan kegawatan medis akan menentukan kepada siapa pemberitahuan diberikan. Rumah sakit terdekat atau polisi harus dihubungi. Pada kasus-ksus besar, sangat baik memakai transportasi profesional. Ambulans lebih baik dalam peralatan dan fasilitas untuk mendapatkan perjalanan yang cepat. Kecepatan dan pengaturan lalu lintas harus menjadi perhatian bila mobil pribadi digunakan.

Bila pemindahan bukan merupakan hal yang mendesak, yang terbaik adalah menunggu untuk memberikan rasa aman dan nyaman Polisi harus diberitahu jika kejadian melibatkan kekerasan, kecelakaan motor, tindakan kriminal dan lainnya.

Bagian pemadam kebakaran sebaiknya diinformasikan jika kegawatan disebabkan api rokok, ledakan gas atau adanya kebutuhan untuk mengamankan korban, regu penyelamat khusus bianaya disediakan untuk korban yang terperangkap.

Ini terkadang bukan tanggung jawab penolong pertama untuk menginformasikan dokter korban atau perawat lainnya. Namun memanggil tenaga medis, penolong pertama dapat mengambil alih tugas ini jika demikian penting bagi penolong pertama mengemukakan keadaan korban apa yang telah terjadi, apa yang sedang dilakukan. Penolong pertama sebaiknya tidak memutuskan diagnosa atau prognosa, tapi menjelaskan hal hal sehubungan dengan apa yang dilakukan.

Informasikan yang dibutuhkan.

Informasi penting harus diberikan sewaktu menelpon untuk minta bantuan. Penting untuk mengingat bahwa tidak ada informasi yang dilupakan. Hal hal dibawah ini harus diberikan.

Identifikai, nama penolong pertama, nomor telepon, dan sifat kegawatan : macam kegawatan (sebagai contoh ; kecelakaan motor) jumlah orang yang terkena, dan keparahan dari cidera.

Instruksi pertolongan pertama ; apa yang harus dilakukan dan bantuan serta alat yang di butuhkan. Lokasi kegawatan pertolongan pertama harus berbicara dengan tenang dan jelas. Penerima berita harus diberikan waktu untuk menanyakan berbagai pertanayaan.

Perawatan Lanjutan

Merupakan prosedur-prosedur yang mendukung, mengganti dan menyertai pertolongan pertama. Kisaran dari yang umum ke perawatan tehnis.

Pada dasarnya pertolongan pertama harus mempertimbangkan hal-hal ini sebagai prosedur perawatan lanjut.

> Mempertahankan jalan nafas pasien bila mungkin

> Memberikan rasa nyaman pasien bila mungkin

> Mempertahankan suhu tubuh

> Memberikan dukungan mental

> Memberikan cairan kecuali kontraindikasi

> Mengontrol orang yang melihat kejadian

> Menyimpan rujukan

> Pemindahan ke Rumah Sakit.

> Korban ke Rumah Sakit disertai dengan pengiriman catatan tertulis ringkas yang meliputi :

> Riwayat kecelakaan/penyakit

> Penjelasan cedera

> Tingkat kesadaran

> Cedera lain yang berhubungan

> Observasi nadi dan pernafasan

> Warna kulit dan perubahan lain

> Perkiraan darah yang keluar

> Tingkah laku yang aneh

> Pengobatan yang telah diberikan (dan waktu pemberian). Akhir pertolongan pertama harus merawat barang-barang korban dan menyertakannya kedalam ambulans atau kendaraan polisi.

> Prosedur umum pada bagian ini ditujukan sebagai kerangka acuan pelaksanaan setiap kondisi kegawatan.

Tugas Kelompok.

1. Bagi kelompok antara 5 sampai dengan 8 orang,

2. Diskusikan untuk menyusun langkah-langkah praktis (prosedur) deteksi dini penanganan gawat darurat, lengkap dengan bagan alir,

3. Sajikan hasil diskusi masing- masing kelompok,

4. Pilih untuk masing-masing kelompok dipilih dua orang sebagai tim perumus,

5. Tim perumus untuk merumuskan hasil diskusi kelompok,

6. Dipersilahkan tim perumus untuk menyajikan rumusannya, sebagai dasar didalam melaksanakan tugas,

7. Fasilitator melakukan evaluasi, dengan menanyakan beberapa pertanyaan kepada linatih,

8. Fasilitator merangkum materi yang telah dibahas, dan menutup pertemuan.



Tidak ada komentar: